yogyanews.com, Kulonprogo – Kabupaten Kulon Progo adalah sebuah wilayah yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan beribu kota di Wates. Wilayah ini berada di bagian barat wilayah DIY.
Kulon Progo memiliki arti sebelah barat Sungai Progo. Kulon dalam bahasa Jawa berarti barat dan Sungai Progo adalah sungai di sebelah timur perbatasan. Dari pusat kota Jogja, kabupaten ini berjarak kurang lebih 28 kilometer dan menempuh waktu sekitar 50 menit.
Lantas, bagaimana sejarah Kabupaten Kulon Progo? Apa ciri khas yang dimiliki kabupaten ini? Dikutip dari laman resmi kulonprogokab.go.id dan kulonprogo.desa.id, simak informasi tentang Kabupaten Kulon Progo di bawah ini.
Asal-usul Kulon Progo
Pada tanggal 15 Oktober 1951, wilayah Kulon Progo terbagi menjadi dua kabupaten. Pertama, Kabupaten Kulon Progo yang merupakan bagian dari wilayah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Kedua, Kabupaten Adikarta yang merupakan bagian dari wilayah Kadipaten Pakualaman.
-
Wilayah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (Kabupaten Kulon Progo)
Sebelum Perang Diponegoro di wilayah Negaragung dan Kulon Progo, tidak ada pejabat pemerintahan yang memegang kekuasaan di daerah tersebut. Saat itu, pemerintahan dijalankan oleh pepatih dalem yang berkedudukan di Ngayogyakarta Hadiningrat. Setelah berakhirnya Perang Diponegoro antara tahun 1825-1830, wilayah Kulon Progo yang kini termasuk dalam wilayah Kasultanan mengalami pembentukan empat kabupaten,
- Kabupaten Pengasih, tahun 1831
- Kabupaten Sentolo, tahun 1831
- Kabupaten Nanggulan, tahun 1851
- Kabupaten Kalibawang, tahun 1855
-
Wilayah Kadipaten Pakualaman Kabupaten Adikarta
Di bagian selatan Kulon Progo, terdapat sebuah wilayah yang termasuk dalam Keprajan Kejawen yang awalnya dikenal sebagai Karang Kemuning dan kemudian berganti nama menjadi Kabupaten Adikarta. Pada tahun 1813, Pangeran Notokusumo diangkat sebagai KGPAA Paku Alam I dan diberikan palungguh di sebelah barat Sungai Progo di pantai selatan yang disebut Pasir Urut Sewu.
Karena letak tanah palungguhnya tersebar, Kyai Kawirejo I selaku sentono ndalem Paku Alam menyarankan untuk menyatukan tanah tersebut menjadi satu daerah kesatuan setara dengan kabupaten. Daerah ini kemudian dinamakan Kabupaten Karang Kemuning dengan ibukota Brosot.
Pada tahun 1877, Sri Paduka Paku Alam V mengubah nama Karang Kemuning menjadi Adikarta dengan ibu kota di Bendungan. Pada tahun 1903, ibu kotanya dipindahkan ke Wates. Kabupaten Adikarta terbagi menjadi dua kawedanan, yaitu kawedanan Sogan dan Galur.
-
Penggabungan Kabupaten Kulon Progo dengan Kabupaten Adikarta
Pada 5 September 1945, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII menyatakan wilayah Kasultanan dan Pakualaman sebagai daerah kerajaan dan istimewa dalam Negara Republik Indonesia. Pada 1951, mereka merencanakan penggabungan Kabupaten Kulon Progo (Kasultanan) dan Kabupaten Adikarta (Pakualaman).
Berdasarkan kesepakatan tersebut, pemerintah pusat mengeluarkan Undang-Undang No 18 tahun 1951 pada 12 Oktober dan diundangkan pada 15 Oktober 1951. Undang-Undang ini mengatur penggabungan kedua daerah tersebut menjadi Kabupaten Kulon Progo di DIY, yang berhak mengatur urusan rumah tangganya sendiri. Sebagai hasilnya, Hari Jadi Kabupaten Kulon Progo secara resmi ditetapkan pada 15 Oktober 1951.
Fakta Menarik Kulon Progo
- Dulunya wilayah Kulon Progo sebagian besar terdiri dari rawa-rawa kemudian dikeringkan menjadi tanah persawahan.
- Di Kulon Progo terdapat makam Nyi Ageng Serang, yaitu Pahlawan Nasional yang ikut berjuang dalam Perang Diponegoro.
- Kulon Progo Jewel Of Java, merupakan image Kulon Progo untuk go internasional dengan memadukan potensi ekonomi dan keindahan alam.
- Terdapat Bandara Internasional di wilayah Kabupaten Kulon Progo, yaitu Bandara Internasional Yogyakarta yang diresmikan pada tahun 2020.
Geografi Kulon Progo
Kabupaten Kulon Progo merupakan satu dari lima kabupaten/kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di bagian barat. Batas Kabupaten Kulon Progo di sebelah timur, yaitu Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Purworejo, di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.
Kabupaten Kulon Progo memiliki topografi yang bervariasi dengan ketinggian antara 0-1000 meter di atas permukaan air laut, yang terbagi menjadi 3 wilayah meliputi :
– Bagian Utara
Bagian utara terdiri dari wilayah perbukitan Menoreh dan dataran tinggi. Ketinggian antara 500-100 meter diatas permukaan air laut. Terdapat kecamatan Girimulyo, Kokap, Kalibawang dan Samigaluh.
– Bagian Tengah
Terdiri dari wilayah perbukitan dengan ketinggian 100-500 meter di atas permukaan laut. Di bagian tengah terdapat kecamatan Nanggulan, Sentolo, Pengasih, dan sebagai Lendah.
– Bagian Selatan
Bagian selatan merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 – 100 meter diatas permukaan laut. Bagian ini terdiri dari kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur, dan sebagian Lendah.
Ciri khas Kabupaten Kulon Progo
- Memiliki kuliner khas bernama geblek yang terbuat dari pati singkong mentah.
- Ada juga kuliner khas, growol, yang terbuat dari adonan singkong dan memiliki aroma menyengat seperti ketela busuk.
- Kuliner khas tempe besengek yang berasal dari koro benguk atau benguk, sejenis polong-polongan.
- Kuliner khas peyek undur undur yang biasa ditemui di jajaran pantai Glagah.
- Batik Sekarniti merupakan produksi batik yang berada di kecamatan Nanggulan.
- Terdapat beragam wisata alam, contohnya Gunung Agung, Lembah Kedung Luweng, Pantai Glagah, Wisata Air terjun Ingas, dan wisata Sungai Tempuran Progo.
- Di Kabupaten Kulon Progo juga terdapat wisata buatan yaitu Waduk Sermo, agrowisata bunga krisan, Embung Kleco, Embung Banjaroya dan Wahana Air Bangkong Lestari Aji.
- Terdapat wisata Sentra Batik Lendah di tiga desa yaitu, Desa Gulurejo, Sidorejo dan Ngentakrejo.