Yogyanews.com, Kulon Progo – Sebuah nisan yang berada di tempat pemakaman umum (TPU) Nambangan, Dusun Gentan, Kalurahan Sidorejo, Kapanewon Lendah, Kulon Progo, terlihat lebih istimewa dibanding makam di sekitarnya.
Nisan itu dinaungi sebuah cungkup sehingga terlindung dari panas dan hujan. Nisan itu juga diselimuti kain warna putih.
Cungkup yang menjadi pelindung pusara Kyai Gentho ini berukuran sekitar 3×3 meter. Dinding bangunan dicat putih dengan lantai berlapis keramik. Selain itu juga terdapat teras pada bagian depan bangunan tersebut.
Kyai Gentho, demikian masyarakat mengenal nama sosok yang dikubur di makam tersebut.
Salah satu warga setempat, Sanen (70) mengatakan dibangunnya cungkup untuk Kyai Gentho menjadi bentuk penghormatan bagi sosok tersebut. Warga juga meyakini bahwa Kyai Gentho merupakan orang pertama yang dimakamkan di area pemakaman umum ini.
“Sejarah pastinya saya kurang tahu ya, tapi dari cerita yang beredar bahwa makam ini menjadi yang pertama, bahkan katanya juga jadi asal usul nama Dusun Gentan (diambil dari nama Gentho),” ujarnya.
Sanen sendiri tidak tahu pasti siapa sebenarnya Kyai Gentho dan bagaimana kiprahnya semasa hidup. Namun dia meyakini bahwa sosok ini benar-benar disegani. Hal ini juga terkait dengan ramainya peziarah yang kerap mendatangi makam Kyai Gentho.
“Banyak yang sering ke sini untuk berdoa. Biasanya paling ramai itu pas Jumat kliwon dan setiap bulan puasa pas sore hari mau berbuka,” ucapnya.
Sebagian warga percaya bahwa Kyai Gentho merupakan orang yang baik budi. Semasa hidupnya, dia sering memberikan harta kepada masyarakat. Meskipun, harta tersebut sebenarnya hasil curian.
Hal itu membuat sosok yang diyakini sebagai murid Syech Siti Jenar itu memiliki kisah hidup yang mirip dengan tokoh Robin Hood.
Merujuk artikel berjudul Kyai Gentho, Robin Hood dari Lendah karya A. Wisnubroto yang dipublikasikan di situs resmi Pemerintah Kapanewon Lendah dijelaskan bahwa Kyai Gentho dikenal sebagai pencuri yang budiman laiknya Robin Hood. Ini karena hasil curiannya tidak digunakan untuk kepentingan pribadi melainkan dibagikan ke masyarakat kurang mampu.
“Diceritakan Kyai Gentho adalah seorang pencuri yang budiman, beliau mengambil barang atau harta dari orang-orang kaya yang tidak mau berzakat atau sedekah kemudian diserahkan kepada orang-orang miskin yang membutuhkan,” tulis situs tersebut dilansir detikJateng, Jumat (10/3/2023).
Masih dari sumber yang sama, dijelaskan bahwa aksi kriminal Kyai Gentho dilatarbelakangi kondisi masyarakat pada masa itu. Disebutkan bahwa kala itu terjadi paceklik dan kelaparan hingga sering disebut masa larang pangan.
Mirisnya, terdapat pejabat dan kalangan menengah ke atas saat itu berlaku sewenang-wenang. Kelompok ini dicap serakah dan enggan membantu kalangan bawah.
“Meski tindakan tersebut tidak dapat dibenarkan (mencuri), namun sebagian masyarakat menganggap tindakan Kyai Gentho sebagai tindakan yang banyak menyelamatkan kehidupan masyarakat saat itu, sehingga Kyai Gentho sangat dihormati,” tulisnya.
Penyematan nama Gentho kepada sosok tersebut sejatinya berasal dari masyarakat sekitar. Gentho sendiri memiliki arti berandalan, preman dan tukang berkelahi.(*)